Sang Maestro



https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgChHLVhyphenhyphenvnjG2YrZFkw_8h8KCgt7sNthea2QiIURGebMCsk0ZCGQFStwNhxTn97EwElbmobIMiXTB6dZXKVBm2_Wxl1zJZgK_295XfDJ6ulBA8vNvxg40RkDvzP7qu37gs-a3SM5_CzGk/s320/images.jpg

               
       Disini saya akan menceritakan tentang seorang maestro tari topeng di indonesia mungkin banyak yang sudah mengenal yakni Mimi Rasinah, Tari topeng itu sendiri berasal dari indramayu yang awalnya bermula dari tradisi dilingkungan Istana Kacirebonan sebagai acara kerajaan, misalnya penyambutan tamu raja. Lama-kelamaan, tari ini diminati masyarakat di luar keraton sampai menyebar ke tanah Indramayu.

                Tari istana lantas berubah fungsi menjadi tari rakyat. Sekalipun antara Keraton Cirebon dan tradisi Indramayu bertopeng sama, bentuk dan tokohnya, namun gaya dan gerak tarinya sangat berbeda.
               Bila tari Topeng Cirebon berisi gerak Tari Topeng Panji, Samba, Tumenggung, dan Kelana, pada Tari Topeng yang dikembangkan di Indramayu ini ada gerak lain, di antaranya ada Samba Merah, Samba Udeng, dan Rumyang.Tari Topeng Panji yang bersimbol bayi yang baru lahir-sehingga geraknya pun mencerminkan bayi yang baru lahir. Juga Tari Topeng Panji, dengan pemain berkostum merah dan gerak yang gemulai. Sedang Tari Topeng Samba, dimainkan penari lain dengan kostum hitam bertopeng putih, geraknya lebih lincah dan dinamis.
Tari Topeng yang dibawakan oleh Mimi Rasinah, maestro tari topeng asal Indramayu Salah satu pelestari Tari Topeng Indramayu adalah Sanggar Tari Topeng Mimi Rasinah. Atas kearifan Toto Amsar Suanda seni tradisi Indramayu ini pada tahun 1994 mengarungi Asia dan Eropa.
      Keunikan dari seni tari ini bukan menjadi sekadar pertunjukan, namun sebuah kesenian yang memerlukan keyakinan dan penghayatan.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjwH3wl4MiUcvd33W8acZAxlZAP7QlYncLX518Duf2IzJ6uybCIRz3vC63yeH1eI0dnODzjMmUqglLWN4QY0e6uZPzYuz7lyN36nFioeY9-DT-t-bPurcys_wQ-CJnYSMjr6yIM8jb9v4w/s320/0708Mimi_Rasinah.jpg
Mimi Rasinah adalah seorang Penari Topeng Indramayu  ternama. Bahkan, namanya pun sudah dimasukkan dalam kategori maestro. Perempuan berusia 80 tahun itu telah memperlihatkan dedikasi yang begitu tinggi terhadap kesenian tradisional itu. Ia bukan hanya menari dengan topeng-topeng yang selalu berganti di wajahnya. Tapi, ia juga menyebarkan inspirasi bagi orang lain untuk mencintai Tari Topeng Indramayu.
          Rasinah lahir di Desa Pekandangan, Indramayu, Jawa Barat. Kedua orangtuanya juga seniman. Karena itu, darah seni pun menucur deras di dalam nadinya. Sejak kecil ia telah diajari menari lengkap dengan aturan-aturan “mistis”nya. Bahkan, ia pun telah “diamenkan” di panggung-panggung hajatan (bebarang), untuk menegaskan suratan hidupnya yang seniman.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-Jr6hyxxxq38AU924GFz3Hmb0M3ue_WF8LboKWShuyMWEFWYGY2NVCufyUJjuVP9r3MFtfXgfZPrm1wcTqA8_vpSJSrY0bC5qzCZ5MIPfFh19mBF0KdyZQdJ-wDehOIHw2VWgYGjlp00/s320/ASD_P_JWBR_TA-PJ_0023_E8.jpg
           Masa kanak-kanak dan remaja Rasinah hanyalah tarian. Gejolak hidup Rasinah muda hanyalah panggung-panggung hajatan, lengkap dengan suara tetabuhannya. Sehingga, di luar Tari Topeng Indramayu, sungguh ia bukanlah apa-apa. Seperti pelantun lagu Gambang Kromong klasik, Masnah, ia pun cerminan “anak wayang” yang sepanjang hidupnya lebih diberikan untuk panggung dan penonton. Ia sama sekali tidak mengenal hal lain di luar dunia tersebut. Sekolah atau menikmati keceriaan seperti kaum remaja sebayanya.
          Keteguhan ibu Rasinah untuk terus konsisten di jalurnya bukan tidak dihadang masalah. Pergeseran selera masyarakat dari kesenian tradisional ke kesenian yang lebih modern membuat Rasinah – dan seniman tradisional pada umumnya – terkena imbas besar. Mereka kehilangan panggung-panggung hajatan, lahan untuk mengekspresikan kesenimanannya, dan tentu saja, nafkah!
         
 ibu Rasinah laksana setangkai suket (rumput). Suket tidak menyesali kemiskinan, kepapaan, dan kenyataan diri, yang memang berada di bawah. Ia terus bersemangat, bersungguh-sungguh, dan tabah, untuk memulai mengisi pagi. Bahkan, dengan “panggung” yang teramat sederhana, ia terus “berkesenian”. Dan, dengan suka-cita, rona hijau ditebarkan ke sekelilingnya. Ia bertahan dan memberi. Sebuah ajaran cinta terdalam, yang tidak lagi berpikir tentang keberadaan diri dan imbalan atas penebaran cinta itu sendiri.

Di usia senjanya  beliau masih rajin untuk menari hanya ingin memepertahankan budaya leluhur, banyak orang yang tekagum kagum dengan usaha beliau mempertahankan tari topeng tersebut, makna yang bisa diambil dari ibu mimi rasinah ialah, kita harus mencintai budaya kita sendiri, dan harus melestarikan budaya itu karna sesunguhnya indonesia kaya akan suku bangsa, kaya keanekaragaman budaya.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj34W8-GlWQ7bDkpXju-sevRHG1G7OW209wgx1pQZw-sF16mDICiaZJJGf9fetDBpMc7rszyeKZE-t8J8UiDgP7WgBCUGEZdRjK5InhlLNgQxh_TpMG1sBxKCjJ0vvplfVHfsSFmzstWDw/s400/Maestro+Topeng+Dikebumikan.jpg
Mimi Rasinah diberitakan tutup usia di RSUD Indramayu sekitar pukul 14.00. Saat dibawa ke rumah sakit terdeteksi tekanan darahnya antara 145/65. Aerli (24), salah seorang cucunya, menuturkan, sebelum dilarikan ke rumah sakit, Rasinah tampak lemas, tetapi ia tidak mengeluh. ”Beliau hanya lima menit dirawat sebelum akhirnya pergi...” tutur Aerli dengan mata berkaca-kaca. Rasinah diduga meninggal akibat komplikasi penyakit stroke, darah rendah, kelelahan, dan usia lanjut.
Orang besar memang terkadang pergi dengan penuh isyarat. Rabu (4/8/2010) malam, bersama rombongan Sanggar Tari Topeng Mimi Rasinah, ia menari di Bentara Budaya Jakarta dalam acara pentas seni dan pameran ”Indramayu dari Dekat”. Acara yang dibuka oleh penyanyi dangdut asal Indramayu, Iis Dahlia, ini berlangsung 4-8 Agustus 2010. Tak seorang pun menduga, itulah tarian terakhir Rasinah.




                       




0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © / Goresan Hidupku

Template by : Urangkurai / powered by :blogger